Tuesday, October 30, 2012

Menyambut Hari Raya Korban Di Parit, Perak

Assalammualaikum,

hi,

Hari Khamis lepas (25/10/2012) aku dah start balik kampung, Bukit Cupak, Parit untuk menyambut hari raya korban. Perjalanan balik kampung ok aje, tak jem pun, cuma masa balik aje macam haram. Semasa raya korban itu, aku juga ada masukkan nama anak ku Hasya Amani untuk buat akikih dia, diharap ia akan jadi tunggangannya semasa di padang masyar nanti.

Walaupun hari raya adalah pada hari Jumaat, tetapi Kampung Bukit Chupak buat Majlis korban pada hari Sabtu. Majlis Korban di jalankan secara gotong-royong satu kampung, para AJK dapat t-shirt bewarna oren. Aku cuma tolong tengok sahaja, tidak buat apa-apa pun (takut sebenarnya n tidak ada pengalaman pun, orang bandar laa katakan hohohoho). Majlis ini patut dimulakan pada pukul 8.30pagi, tapi macam biasa laaa kan, pukul 9 lebih baru laa ramai orang datang. Dekat kampung sini, mereka tumbangkan 3 ekor kerbau sahaja (aku cari gak lembu dan kambing, tidak jumpa pula).

Mari kita saksikan gambar aktiviti Majlis Qurban tersebut. Dan terdapat syarat-syarat penyembelihan di bawah entri ini.



Banner untuk Majlis Qurban

Kerbau sedang dalam proses untuk di tumbangkan

kelihatan kerbau sedang menangis kegembiraan untuk dijadikan korban

Antara para penonton

Sedang menarik tali


Tempat penyembelihan berada betul-betul di bawah pokok durian yang sedang berbuah. Agak risau juga, jika buah itu gugur dan terkena orang ramai.

Sedang dibaringkan

Proses mengikat kaki kerbau, tidak mahu dia meronta nanti

Telah dibaringkan

Kerbau menunggu masa

Kerbau ini agak buas sikit

Kelihatan Masjid Bukit Cupak dari jalan besar

Sayu

Lari-lari...

Tarik kuat-kuat, nanti terlepas pulak

Mencangkul tanah, bagi memberi ruang untuk menyembelih, urat darah di leher harus lah dipotang habis, supaya darah keluar dan bersih dari badan

Darah kerbau akan ditanam terus ke dalam tanah

Adam kelihatan ketakutan melihat kerbau

Ramai penontot melihat semasa menyembelih, daun pisang digunakan bagi mengelak dari dari terpercik merata-rata tempat

Telah disembelih, kedengaran darah memancut-mancut keluar

Telah selamat di sembelih, darah kelihatan

Penyembelihan yang sempurna, agar hasil korban mudah mati

Burung kelihatan di atas

Kaum perempuan sedang menumis bahan masakan, sebahagian daging kerbau di buat daging kari, selalunya di buat sup daging

Sebelum itu, kite minum dulu

Dalam proses melapah

Kulit kerbau nie memang tebal, nyamuk pun boleh patah gigi

Hanya yang profesional sahaja mampu menyiat kulit kerbau ini


Yoep, apa ko tengok itu?

erk?



kereta kami sekeluarga berwarna silver

Proses menyiat kulit hampir selesai, dan proses melapah akan di jalankan

pakai pisau lipat pun boleh nie

Urus setia melihat nama-nama orang yang membuat korban dan akikah macam aku. Tahun ini aku buat akikah untuk Hasya Amani, sebahagian kerbau sahaja.

sekumpulan ahli tengah membuat sesuatu di belakang

Yoep, berapa kaki dalam tue, atenyer awok tak nampak, ade 2 ajee nie. Kulit kerbau dan tulang kerbau akan di tanam disini.


Kaki kerbau yang telah dilapah, kemudian akan dipotong-potong kecil untuk edaran kepada semua orang kampung

Dah balik umah dah, tak larat nak tengok dah



Yusra (adik ipar) sedang menenangkan Adam yang sedang ketakutan

Adam..Adam.. Adammmmm


Syarat-Syarat Penyembelihan Menurut Syara'

Penyembelihan menurut syara' yang dimaksud, hanya bisa sempurna jika terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut:

1). Binatang tersebut harus disembelih atau ditusuk (nahr) dengan suatu alat yang tajam yang dapat mengalirkan darah dan mencabut nyawa binatang tersebut, baik alat itu berupa batu ataupun kayu.

'Adi bin Hatim ath-Thai pernah bertanya kepada Rasulullah s.a.w.: "Ya Rasulullah! Kami berburu dan menangkap seekor binatang, tetapi waktu itu kami tidak mempunyai pisau, hanya batu tajam dan belahan tongkat yang kami miliki, dapatkah itu kami pakai untuk menyembelih?" Maka jawab Nabi:

"Alirkanlah darahnya dengan apa saja yang kamu suka, dan sebutlah nama Allah atasnya." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Nasal, Ibnu Majah, Hakim dan Ibnu Hibban)

2). Penyembelihan atau penusukan (nahr) itu harus dilakukan di leher binatang tersebut, yaitu: bahwa kematian binatang tersebut justru sebagai akibat dari terputusnya urat nadi atau kerongkongannya.

Penyembelihan yang paling sempurna, yaitu terputusnya kerongkongan, tenggorokan dan urat nadi.

Persyaratan ini dapat gugur apabila penyembelihan itu ternyata tidak dapat dilakukan pada tempatnya yang khas, misalnya karena binatang tersebut jatuh dalam sumur, sedang kepalanya berada di bawah yang tidak mungkin lehernya itu dapat dipotong; atau karena binatang tersebut menentang sifat kejinakannya. Waktu itu boleh diperlakukan seperti buronan, yang cukup dilukai dengan alat yang tajam di bagian manapun yang mungkin.

Raafi' bin Khadij menceriterakan:

"Kami pernah bersama Nabi dalam suatu bepergian, kemudian ada seekor unta milik orang kampung melarikan diri, sedang mereka tidak mempunyai kuda, untuk mengejar, maka ada seorang laki-laki yang melemparnya dengan panah. Kemudian bersabdalah Nabi: 'Binatang ini mempunyai sifat primitif seperti primitifnya binatang biadab (liar), oleh karena itu apa saja yang dapat dikerjakan, kerjakanlah; begitulah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

3). Tidak disebut selain asma' Allah; dan ini sudah disepakati oleh semua ulama. Sebab orang-orang jahiliah bertaqarrub kepada Tuhan dan berhalanya dengan cara menyembelih binatang, yang ada kalanya mereka sebut berhala-berhala itu ketika menyembelih, dan ada kalanya penyembelihannya itu diperuntukkan kepada sesuatu berhala tertentu. Untuk itulah maka al-Quran melarangnya, yaitu sebagaimana disebutkan dalam firmannya:

"Dan binatang yang disembelih karena selain Allah ... dan binatang yang disembelih untuk berhala." (al-Maidah: 3)

4). Harus disebutnya nama Allah (membaca bismillah) ketika menyembelih. Ini menurut zahir nas al-Quran yang mengatakan:

"Makanlah dari apa-apa yang disebut asma' Allah atasnya, jika kamu benar-benar beriman kepada ayat-ayatNya." (al-An'am: 118)
"Dan janganlah kamu makan dari apa-apa yang tidak disebut asma' Allah atasnya, karena sesungguhnya dia itu suatu kedurhakaan." (al-An'am: 121)

Dan sabda Rasulullah s.a.w.:

"Apa saja yang dapat mengalirkan darah dan disebut asma' Allah atasnya, maka makanlah dia." (Riwayat Bukhari)

Di antara yang memperkuat persyaratan ini, ialah beberapa hadis shahih yang mengharuskan menyebut asma' Allah ketika melepaskan panah atau anjing berburu, sebagaimana akan diterangkan nanti.

Sementara ulama ada juga yang berpendapat, bahwa menyebut asma' Allah itu sudah menjadi suatu keharusan, akan tetapi tidak harus ketika menyembelihnya itu. Bisa juga dilakukan ketika makan. Sebab kalau ketika makan itu telah disebutnya asma' Allah bukanlah berarti dia makan sesuatu yang disembelih dengan tidak disebut asma' Allah. Karena sesuai dengan ceritera Aisyah, bahwa ada beberapa orang yang baru masuk Islam menanyakan kepada Rasulullah:

"Sesungguhnya suatu kaum memberi kami daging, tetapi kami tidak tahu apakah mereka itu menyebut asma' Allah atau tidak? Dan apakah kami boleh makan daripadanya atau tidak? Maka jawab Nabi: 'Sebutlah asma' Allah dan makanlah.'" (Riwayat Bukhari)


Sumber : Makanan Dan Sembelihan

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

widget busuk.org

Labels

Batman (2) Business (18) Gundam (15) Hari Raya (7) HLJ (2) Kamen Rider (7) KFC (1) Kuala Lumpur (47) Langkawi (1) Life (94) LIMA (1) McD (1) Mecha (16) Merdeka (1) Movie (7) News (25) Pahang (2) Perak (4) Place (23) Pulau Pinang (1) Selangor (36) Terengganu (1) Toys (21)